SEJARAH CIKAL BAKAL TAHLILAN (TERNYATA DIMULAI DI ERA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM)


Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam pernah mendoakan sahabatnya, yaitu Sa’ad bin Mu’adz radliyallahu anhu, saat berada di makamnya. 

TAHLILAN adalah istilah untuk kegiatan dzikir bersama atau bisa disebut MAJLIS DZIKIR, Selain dilakukan sbg kegiatan rutin tiap malam jum'at, Tahlilan juga dilakukan dgn maksud untuk mendoakan agar Allah subhanahu wa ta'ala meringankan dosa dan siksa seseorang yg telah meninggal dunia.

Lantas siapa yg pertama kali melakukannya ?

Jawabannya tak lain adalah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam sendiri, ketika seorang Sahabat bernama Saad bin Muadz bin Salman bin Imril Qois Al-Anshari Al-Asyhali Al-Madani atau Sa'ad bin Mu'adz radliyallahu anhu meninggal dunia pada tahun 627 M, yg dikubur di Jannatul Baqi' Madinah.

Ini adalah riwayat sahabat Jabir bin Abdullah Al-Anshori radliyallahu anhu yang menceritakan ketika pemakaman usai, Nabi lalu memimpin pembacaan dzikir dengan suara keras dan dalam waktu yang cukup lama.

Setelah itu, Para sahabat bertanya, "untuk apa pembacaan dzikir tadi ya rasul.. ?",
Nabi shalallahu alaihi wasallam menjawab : "Sungguh telah menyempit kuburan hamba yg soleh ini, hingga Allah subhanahu wa ta'ala lapangkan berkat bacaan dzikir tadi".

1. Riwayat hadits diatas statusnya hasan
2. Hadits diatas juga diriwayatkan oleh Imam Bukhori rahimahullah dalam kitab At-tarikhul kabir.
3. Hadits itu juga terdapat di kitab Sunan Ath-Thabrani rahimahullah.

Referensi : Kitab Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 23 halaman 158.

Source Tribun Ulama    

----------------

Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur, KH Ma'ruf Khozin yg juga Direktur Aswaja Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, menjelaskan sbg berikut :

Nabi shalallahu alaihi wasallam dan diikuti para sahabat²nya, mendoakan dgn kalimat² dzikir di makam Sa'd bin Mu'adz radliyallahu anhu : 

ﻓﺪﺧﻞ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺒﺮﻩ , ﻓﺠﻌﻞ ﻳﻜﺒﺮ ﻭﻳﻬﻠﻞ ﻭﻳﺴﺒﺢ 

“Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wasallam masuk ke dalam kuburnya Sa'ad, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam membaca takbir, tahlil, dan tasbih.  

ﻓﻠﻤﺎ ﺧﺮﺝ ﻗﻴﻞ ﻟﻪ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﺭﺃﻳﻨﺎﻙ ﺻﻨﻌﺖ ﻫﻜﺬا ﻗﻂ ﻗﺎﻝ: «ﺇﻧﻪ ﺿﻢ ﻓﻲ اﻟﻘﺒﺮ ﺿﻤﺔ ﺣﺘﻰ ﺻﺎﺭ ﻣﺜﻞ اﻟﺸﻌﺮﺓ , ﻓﺪﻋﻮﺕ اﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺮفعه ﻋﻨﻪ ﺫﻟﻚ 

“Setelah keluar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ditanya : "Wahai Rasulullah, kami tidak pernah melihat engkau melakukan hal ini". Nabi shalallahu alaihi wasallam menjawab : "Sungguh telah terjadi penyempitan tanah kubur sehingga seperti sehelai rambut. Lalu aku berdoa kepada Allah agar menghilangkan hal itu." (HR. Al-Imam Al-Hafidh Al-Muhaddits Al-Qudwah Az-Zahid Syaikhul Kuffah Abu As-Sariy Hannad bin As-Sariy At-Tamimi Ad-Darimi atau
Imam Hannad rahimahullah wafat 243 H / 857 M Kufah Iraq,  dalam kitab Az-Zuhd.  

Hadits yg sama juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah (wafat 850 M di Baghdad Irak), Imam Al-Baihaqi Asy-Syafi'i rahimahullah (wafat 1066 M di Iran) dan Abu Abdullah Muhammad bin Ali al-Hasan bin Basyir bin Harun Al-Hanafi atau Imam Al-Hakim At-Tirmidzi rahimahullah (wafat 869 M / 255 H).

Redaksi selengkapnya dalam kitab Musnad Ahmad sbg berikut :

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِيِّ، قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا إِلَى سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ حِينَ تُوُفِّيَ، قَالَ: فَلَمَّا صَلَّى عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَسُوِّيَ عَلَيْهِ، سَبَّحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَبَّحْنَا طَوِيلًا، ثُمَّ كَبَّرَ فَكَبَّرْنَا، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، لِمَ سَبَّحْتَ؟ ثُمَّ كَبَّرْتَ؟ قَالَ: " لَقَدْ تَضَايَقَ عَلَى هَذَا الْعَبْدِ الصَّالِحِ قَبْرُهُ حَتَّى فَرَّجَهُ اللهُ عَنْهُ "

“Jabir bin Abdillah radliyallahu anhu berkata : “Pada suatu hari kami keluar bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menuju sahabat Sa’ad bin Mu’adz radliyallahu anhu ketika meninggal dunia. Setelah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menunaikan sholat jenazah kepadanya, dia diletakkan di pemakamannya, dan tanah diratakan di atasnya, maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallam membaca tasbih. Kamipun membaca tasbih dalam waktu yg lama. Kemudian Nabi Shalallahu alaihi wasallam membaca takbir, maka kami membaca takbir. Lalu Nabi Shalallahu alaihi wasallam ditanya : “Wahai Rasulullah, mengapa engkau membaca tasbih kemudian membaca takbir ?” Nabi Shalallahu alaihi wasallam menjawab : “Kuburan hamba yg saleh (Sa’ad bin Mu’adz) ini benar² menjadi sempit, hingga Allah melapangkannya baginya.” 

Kisah Wafat, Karomah dan kemuliaannya

Dalam peristiwa Perang Khandaq atau Perang Ahzab, Kota Madinah dikepung oleh sekutu-sekutu kafir Quraisy. Saad bin Muadz pun turut serta dalam perang yg sangat sulit ini. Dalam perang itu, urat nadi Saad disambar oleh sebuah anak panah, darah pun deras mengalir dari tangannya. Ia dirawat secara darurat untuk menghentikan keluamya darah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar Sa'ad dibawa ke masjid, dan didirikan kemah untuknya, agar ia berada di dekat beliau selama perawatan.

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pada perang Khandaq, mata Sa'ad bin Mu'adz radliyallahu anhu terkena tombak yg dilemparkan oleh Hayyan bin Arqah. Tenda untuk Nabi Shalallahu alaihi wasallam telah dipasang di dalam masjid, karena beliau akan segera kembali dari perang. Sewaktu Nabi Shalallahu alaihi wasallam pulang dari Khandaq, beliau mau melepas baju besinya, untuk kemudian mandi. Ketika beliau sedang mengibaskan debu di kepalanya, Jibril datang lalu berkata, "Engkau telah melepas baju besimu. Demi Allah, jangan melepasnya dulu, temuilah mereka !" Nabi shalallahu alaihi wasallam bertanya : "Ke mana ?" Jibril menunjuk ke arah perkampungan Bani Quraizhah. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam segera menuju ke sana. Mereka bertempur untuk menegakkan keadilan atas Sa'ad bin Mu'adz radliyallahu anhu.

Sa'ad bin Abi Waqash radliyallahu anhu (595 M, Mekkah - 674 M, Jannatul Baqi, Madinah) menceritakan bahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz radliyallahu anhu wafat setelah perang Khandaq, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tergesa² keluar, sampai memutuskan tali sandal seseorang dan tidak membetulkannya, tidak melilitkan kembali selendangnya yg terurai, dan tidak menyapa seorang pun. Orang² bertanya : "Ya Rasulullah, mengapa engkau mengabaikan kami ?" Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab : "Aku khawatir Malaikat mendahului kita, untuk memandikan jenazah Sa'ad bin Mu'adz, seperti halnya ia mendahului kita memandikan jenazah Hanzhalah." (Riwayat Al-Imam Abu Na’im Al-Isfahani Asy-Syafi'i rahimahullah wafat 1038 M di Isfahan Iran)

Dalam keadaan demikian Sa'ad berdoa kepada Allah : “Ya Allah, jika dari peperangan dgn Quuaisy ini masih Engkau sisakan, maka panjangkanlah umurku untuk menghadapinya, karena tak ada golongan yg kuinginkan untuk dihadapi lebih daripada kaum yg telah menganiaya Rasul-Mu,  mendustakannya, dan mengusirnya. Dan seandainya Engkau telah mengakhiri perang antara kami dengan mereka, jadikanlah kiranya musibah yg telah menimpaku ini sbg jalan untuk menemui syahid”.

Kian hari luka yg diderita Sa'ad bin Mu'adz pun semakin parah. Di saat² terakhir kehidupan Sa'ad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunjunginya, lalu beliau meletakkan kepala Sa'ad di pangkuan beliau sambil bersabda : “Ya Allah, Sa'ad telah berjihad di jalan-Mu, membenarkan Rasul-Mu, dan telah memenuhi kewajibannya. Maka terimalah ruhnya dgn sebaik²nya cara Engkau menerima ruh”.

Doa yg dipanjatkan Nabi Shalallahu alaihi wasallam pun mendatangkan kesejukan kepada ruh Sa'ad bin Mu'adz radliyallahu anhu yg hendak pergi. Saat itu Sa'ad bin Mu'adz radliyallahu anhu, mencoba dgn susah payah mengangkat kelopak matanya dan mengarahkan pandangannya ke wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yg sangat ia cintai, kiranya inilah perjumpaan terakhirnya dgn beliau di dunia ini. Sa'ad mengatakan : “Salam atasmu wahai Rasulullah, ketahuilah bahwa aku beriman bahwa Anda adalah utusan Allah”.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjawab : “Kebahagiaan atasmu, wahai Abu Amr !!”.

Malaikat Terlibat

Rafi' Al-Zargi radliyallahu anhu menceritakan bahwa salah seorang kaumnya memberitahu bahwa Jibril Alaihis Salam telah mendatangi Nabi Shalallahu alaihi wa sallam di tengah malam, dgn mengenakan ikat kepala dari sutra tebal, lalu Jibril bertanya : "Jenazah siapa gerangan yg telah membuka pintu langit dan menggoncangkan 'Arsy ?" Beliau segera berdiri menemui Sa'ad bin Mu'adz dan menemukannya telah gugur. Dalam riwayat lain, Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah (wafat 15 Oktober 728 M, Basra, Irak) berkata : " Sa'ad bin Mu'adz telah mengguncangkan "Arsy Zat Yang Maha Pengasih, karena gembira dgn kedatangan ruhnya." (Kedua riwayat ini diceritakan oleh Imam Al-Baihaqi Asy-Syafi'i rahimahullah)

Muslimah bin Aslam bin Harisy radliyallahu anhu bercerita : " Rasulullah shalallahu alaihi wasallam memasuki rumah Sa'ad, tetapi tak ada seorang pun di dalamnya kecuali Sa'ad yg ditutupi kain. Kemudian, aku melihat beliau melangkah dan memberi isyarat kepadaku agar berhenti. Aku berhenti dan mundur ke belakang, beliau duduk sebentar lalu keluar. Aku berkata : "Ya Rasulullah, aku tidak melihat seorang pun di sana, namun aku melihatmu melangkah.' Beliau menjawab : 'Aku tidak bisa duduk, sampai salah satu Malaikat melepaskan salah satu sayapnya." (HR. Abu Abdullah Muhammad bin Sa'ad bin Mani' al-Basri al-Hasyimi atau Imam Ibnu Sa'ad rahimahullah wafat 16 Februari 845 M, Bagdad, Irak).

Dalam riwayat lain menceritakan bahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz radliyallahu anhu wafat, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menggenggam kedua lutut Sa'ad lalu berkata : "Malaikat masuk, tetapi tidak mendapatkan tempat duduk, maka aku lapangkan tempat untuknya." Ketika orang² mengusung jenazah Sa'ad bin Mu'adz yg pada masa hidupnya ia adalah orang yg paling besar dan tinggi, salah seorang munafik berkata : "Kami belum pernah mengusung jenazah yg lebih ringan daripada hari ini."

Saad bin Muadz radhiallahu ‘anhu pun menghebuskan nafas terakhirnya, ia wafat di pangkuan manusia yg paling ia cintai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia wafat pada tahun 5 H, ketika itu usia beliau 37 tahun, dan dimakamkan di pemakaman Jannatul Baqi di Madinah.

Seusai memandikan jenazah sahabatnya, Rasulullahpun mengutus beberapa orang untuk mensegerakan untuk mengubur jenazah Sa’ad. Empat orang pengusung tandu jenazah Sa’adpun terheran² setelah mengangkat tandu tsb. 

Mereka tidak menyangka tandu yg mereka bawa akan seringan ini, padahal diketahui bahwasanya, Sa’ad memiliki bentuk tubuh yg tegap dan berotot. Berkatapun mereka kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, kami belum pernah mengusung jenazah yg lebih ringan daripada ini.” Maka Rasulullah pun menjelaskan pada mereka tentang apa yg beliau ketahui. Bahwa sebenarnya ketika mereka mengangkat tandu Sa’ad, di waktu yg bersamaan, para malaikat juga ikut mengangkat tandu yg membawa Sa’ad ke liang kuburnya.

Diceritakan pula bahwa ketika mengusung jenazah Sa'ad , orang² mengatakan, "Ya Rasulullah, kami belum pernah mengusung jenazah yg lebih ringan daripada ini.” Beliau menjelaskan : "Kalian merasa ringan, karena Malaikat telah turun tangan, padahal sebelumnya mereka belum pernah ikut mengusung jenazah bersama² kalian". (Riwayat Imam Ibnu Sa'ad rahimahullah dari Abu Nu'aim Mahmud bin Lubaid bin 'Uqbah bin Rafi' Al-Madani rahimahullah wafat 96 H / 714 M di Madinah).

Muhammad bin Syarahbil bin Hasanah rahimahullah menceritakan bahwa pada hari itu, orang² mengambil tanah kuburan Sa'ad dan membawanya pulang. Setelah pulang, mereka melihat tanah tsb telah berubah menjadi minyak wangi. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berkata : "Maha Suci Allah, Maha Suci Allah". Lalu beliau mengusapkan minyak wangi itu ke wajahnya dan berkata lagi : "Segala puji hanya bagi Allah, kalau ada orang yg selamat dari himpitan kubur, Sa'ad lah orangnya. Ia dikenai satu himpitan, kemudian Allah membebaskannya." (HR. Imam Ibnu Sa'ad rahimahullah dan Abu Na'im dari jalur Imam Muhammad bin Munkadir rahimahullah).

Bau Aroma Wangi

Abu Sa’id Al-Khudhri Al-Anshari radliyallahu anhu (612 - 693 M, Jannatul Baqi' Madinah)
berkata : “Aku adalah salah seorang yg menggali makam untuk Sa'ad, dan setiap kami menggali satu lapisan tanah, tercium oleh kami wangi kesturi”.

Pintu Langit Terbuka dan Arasy Bergetar

Dalam kitab Jami` Karamat Al-Auliya (Kisah Karomah Wali Allah), karya Al-Imam Al-Qadhi Asy-Syeikh Abdul Mustofa Yusuf bin Ismail bin Yusuf bin Ismail bin Muhammad Nashiruddin An-Nabhani Asy-Syafi'i atau Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani rahimahullah (1849 M Ijzim, Israel - 1932 M, Beirut, Libanon) menceritakan kisah wafatnya sahabat Sa'ad Bin Mu'adz yg mengguncang 'Arsy.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
اهتز عرش الرحمن لموت سعد بن معاذ

“Arsy Allah Ar-Rahman bergetar, karena wafatnya Sa'ad bin Muadz.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim rahimahumallah).

Jenazah Diantar 70.000 Malaikat

Dalam Hadits lain riwayat Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu (wafat 697 M di Makkah), Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda tentang Sa'ad bin Mu'adz radliyallahu anhu, "Sa'ad telah mengguncangkan 'Arsy, dan jenazahnya diantar 70.000 Malaikat." (HR. Imam Al-Baihaqi Asy-Syafi'i rahimahullah).

Rasulullah bersabda : “Jenazah Sa’ad bin Mu’adz disaksikan 70.000 Malaikat yg tidak menginjak bumi sama sekali.” (HR. Imam Abu Na’im dari Asy’at bin Ishaq bin Sa’ad bin Abi Waqash). 

Dalam riwayat lain, diceritakan oleh Jabir bin Abdullah Al-Anshori radliyallahu anhu (607 - 697 M, Jannatul Baqi' Madinah) bahwa Malaikat Jibril Alaihis Salam menemui Nabi Shalallahu alaihi wa sallam, lalu bertanya : "Siapakah hamba saleh yg wafat sehingga pintu² langit terbuka untuknya dan 'Arsy bergetar ?" Nabi kemudian keluar, ternyata Sa'ad bin Mu'adz telah wafat. (HR. Imam Al-Baihaqi Asy-Syafi'i rahimahullah).

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah Ar Ruzzi dari ‘Abdul Wahhab bin ‘Athaa Al Khaffaf dari Sa’id dari Qatadah dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu (Wafat 709 M di Basrah) bahwa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda tatkala jenazah Sa’ad di letakkan : "Arsy Allah bergetar, atas kematian Sa’ad.’ (HR. Imam Muslim rahimahullah)

Inilah Saad bin Muadz Radliyallahu anhu, tokoh sahabat Anshar memeluk Islam saat beliau berusia 31 tahun dan wafat saat berusia 37 tahun. Dalam 6 tahun masa keislamannya, wafatnya membuat Arsy-nya Allah subhanahu wa ta'ala bergetar. 

Tiga Penyebab Keutamaan

Menurut Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidullah bin Abdullah bin Syihab bin Abdullah bin Al-Harits bin Zuhrah atau Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri rahimahullah (671 - 741 M, Jannatul Baqi' Madinah), ada 3 hal yg membuat Sa'ad Bin Mu'adz radliyallahu anhu begitu istimewa dihadapan Allah subhanahu wa ta'ala, yaitu :

1. Meyakini, mengikuti dan mengamalkan semua yang disampaikan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

2. Khusyuk dalam Shalat dan gerakannya sempurna.

3. Tidak memakan makanan kecuali yg halal dan dari usaha yg halal pula.

Intinya, totalitas Sa'ad bin Muadz radliyallahu anhu dalam ber-Islam, telah mengantarkannya menjadi salah satu makhluk yg begitu terkenal di langit dan istimewa di hadapan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan juga Allah subhanahu wa ta'ala. 

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala meridhai Sa'ad bin Muadz radliyallahu anhu. Semoga kita dapat meneladani perjuangan beliau. Al-Faatihah ..

Source : 
Dalam buku "Kisah Karomah Wali Allah", Syeikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani rahimahullah, menceritakan kisah wafatnya sahabat Sa'ad Bin Mu'adz radliyallahu anhu yg mengguncang 'Arsy ; موقع قصة الإسلام - Islamstory.com and other sources.

Wallahu A'lam. Semoga bermanfaat !!

Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim JAMA'AH SARINYALA Kabupaten Gresik

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama